Interview





AK//47


Interview                   : Agung
Dijawab Oleh           : Kesit Agung Wijanarko [Guitar//Vocal]


Sudah lama sekali saya ingin mengetahui apa saja yang ada dibenak serta pemikiran para personil salah satu band semarang ini, AK//47. Selain musiknya yang udah ga saya ragukan lagi, lirik-lirik lagunya pun sangat “kick ass” menurut saya. Dua personilnya dulu juga sempet aktif di dunia per-zine-an lokal, mungkin di antara kalian sudah tidak asing lagi dengan keduanya, “SUARA HATI” dan “AIR API” zine. Setelah sekian lama mereka mulai nongol lagi di beberapa gigs denger-denger mereka  tengah menyiapkan album terbaru berjudul "Dikotomi Dialektis". So, ga usah berpanjang lebar lagi, simak ngobrol-ngobrol saya dengan AK//47, yang diwakilkan oleh Kesit (Bassis merangkap Lead Vocal). Yuuk mari!! ;p



  1. Oke, hmm…mulai dari mana ya…Bagaimana kabar saat menerima pertanyaan ini Mas? Kesibukannya ngapaian aja sekarang?

Saya lagi nongkrong di sebuah warnet deket sebuah kampus yang katanya "Negeri", minum kopi siang-siang sambil makan Mie. Kesibukan saya sekarang? Kerja di Pulau seberang, menafkahi keluarga, ya gitu-gitu aja Gung, Biasa, Normal.

  1. Pertama kali saya menginjakkan kaki di Semarang [sekitar tahun 2003-an] saya benar-benar tertipu karena tadinya saya mengira AK//47 adalah band punk, selain saat itu saya belum mendapatkan lagu-lagu AK//47 juga berhubung penampilan Mas Kesit tampak seperti seorang “Punker” dengan celana street dan bootsnya dan Garna dengan jaket jeans penuh emblemnya. Begitu melihat perform kalian di auditorium Undip, saya mulai “ngeh”, weleh…ternyata kalian membawakan musik grindcore, tepatnya saya mendefinisikan musik kalian dengan sebutan “grinding-yang-muda-yang-melawan-core”, hehe….kalian punya definisi sendiri ?

Ini musik cepat tiga kunci yang dibawakan dengan pengaruh alkohol dan narkotika yang lumayan tinggi :D. Dulu kemana - mana memang selalu dengan tight jeans dan Boot hitam saya, yang sekarang udah entah kemana. Dan seperti kata Tersanjung 13, ini adalah pencampuran sempurna dengan perbandingan antara 99 % Punk Rock & 1 % Grindcore. 100 % di selimuti dengan ugal-ugalannya atitude Hardcorepunk.. Haha.

  1. Saya belum sadarkan diri dari hantaman “Barricades close the street but open the way” dan belum sempat saya berdiri tegak, telah di hantam kembali oleh 3 lagu demo pre-released [yang saya download dari blog flat-koka]…dan kini album baru kalian makin mendekat dan siap menghantam saya kembali. Secara garis besar, apa perbedaan musik di album baru AK//47 dengan album sebelumnya? Apa saja referensi kalian dan apakah penambahan personil [gitar] cukup mempengaruhi karakter musik kalian yang sekarang?

Perbedaan eksplisit tentang karakter musik kami sekarang memang mendasar pada masuknya satu personil baru pada sesi gitar. Kebetulan memang basicly beliau bermain Metal, sehingga karakter sound memang jadi agak lebih berat dan strata lagu memang tampak lebih teratur. Berbeda memang dengan album-album sebelumnya di mana kami memang lebih menitik beratkan pada speed dan lirik dan membawakannya dengan ke-ugal-ugalan pada titik maximal. Album baru ini berisi 11 lagu, titelnya "Dikotomi Dialektis", dan di penuhi dengan riffing gitar yang sebelumnya belum pernah kami coba. Garis besarnya kami memang lagi kedanan dengan PANTERA dan MOTOR HEAD dan ingin mengusungnya tanpa melepas ciri khas Grindcore kami.

Di album yang lalu AK//47 mengkover lagu "Sound of revolution", apakah di album baru nanti kalian juga akan mengkover lagu orang lain?

Pada rencana awalnya kami mau menggarap sebuah cover version  track lawas sebuah band grindcore veteran dari Jakarta CRYPTICAL DEATH yang bertajuk : "Nazi Punk Fuck Off" dan sebuah Track Anthemic dari band Power Violence Urakkan ULTIMATE WARRIORS bertajuk : "Fighting The World", tapi semuanya batal karena keterbatasan budget untuk menyewa studio. Hahahaha... Maklum Gung, kami kan low Budget Grindcore.

Oya, suka ga dengan band-band yang saya sebutkan di bawah? alesannya?
a. MASSACRE,
                        b. BRUTAL TRUTH,
                        c. REPULSION
                        d. MOTOR HEAD
                        e. FOO FIGHTERS ;p

a)    MASSACRE : Kurang begitu mengapresiasi, coba tanya pendapat tentang band ini pada Garna. :D

b)   BRUTAL TRUTH : Veteran Death Metal yang memoles musiknya dengan riffing - riffing Grindcore yang kental. Salah satu band krusial bagi saya. Dengar-dengar tahun ini album mereka yang baru sudah dirilis setelah sekian lama vakum.

c)    REPULSION : Sebelum NAPALM DEATH, term grindcore sudah dikibarkan oleh mereka dan sebuah band grindcore dari jepang bernama : S.O.B. Sayang saya tidak terlalu tertarik dengan band grindcore yang melulu berbicara tentang darah dan mutilasi di lagu lagu mereka. Tapi bagaimanapun REPULSION adalah pionneer dari Genre ini. So... Salute for Repulsion!

d)   MOTOR HEAD : Hanya sedikit band yang dari album pertama hinga album terakhir selalu mempertahankan garis utama ciri khas musik utama mereka, dan MOTOR HEAD telah melakukannya dengan sangat sukses hinga sekarang. Untuk pecontohan lainnya mungkin Ramones adalah perbandingan yang sempurna.

e)    FOO FIGHTERS : Apa yang bisa saya katakan tentang band ini selain : Sempurna! Mereka tidak pernah terlalu menonjol dalam penjualan album, tetapi musik mereka telah mempengaruhi begitu banyak band band yang sekarang ini memainkan Rick dengan jelas. Dave Grohl memang selalu mempertunjukan kemampuan yang di luar akal sehat saya dalam menulis lirik dan mengaransemen lagu.

  1. Lirik lagu, seberapa penting sih untuk AK//47 sendiri ?

Di setiap Rilisan kami selalu menyertakan eksplanasi dari lirik-lirik yang kami tulis. itu mungkin cukup menggambarkan seberapa penting lirik bagi kami. Saya juga selalu memastikan di setiap performance live kami, bahwa apa yang akan kami mainkan adalah topik diskusi yang hangat dengan menjelaskan gambaran tentang lirik lagu yang akan dimainkan.

Hmm, saya paham benar isi kepala antara personil satu dengan yang lain pasti beda, bahkan bisa jadi bertentangan. Nah, di AK//47 sendiri apa harus melalui 'kesepakatan bersama' dalam membuat lirik? Ato terserah per-personil aja?

Kebetulan saya yang mendapat porsi untuk menulis lirik dalam band ini, sementara penawaran tema datang dari teman-teman yang lain. Ketika lirik jadi, kemudian berlanjut ke diskusi tentang wacana-wacana yang mungkin bisa dikembangkan dari lirik yang sudah ditulis. Lirik adalah hal yang krusial bagi kami, mungkn sudah saya jelaskan dari pertanyaan kamu yang sudah saya jawab sebelumnya Gung..

  1. Sejarah memang sangat menyenangkan untuk dikenang. Bukan hanya untuk lucu-lucuan tapi juga untuk menjadi teman seseorang. Adakalanya sesekali seseorang harus menengok ke belakang menggunakan kaca spion sejarahnya agar kejadian buruk di masa lalu tak terulang lagi, dan kejadian baik-baik kemarin bisa kita buat menjadi semakin baik dimasa yang akan datang. Dari sejarah kita bisa belajar, nah…ceritain dong kondisi scene HC/Punk Semarang pada era sebelum tahun 2000-an dan jika dibandingkan dengan tahun 2009 ini, adakah perbedaan yang mencolok?

Scene Hardcore/Punk di Semarang tahun 2000-an adalah masa-masa yang menyenangkan. Lumayan dinamis karena beberapa konflik yang muncul disertai munculnya wacana-wacana baru tentang Hardcore Punk dan orang-orang tergerak untuk ikut menyikapinya dengan berbagai macam cara yang saling berbenturan. Tapi saya dari dulu percaya kalau konflik memang menumbuhkan kedewasaan dalam menyikapi konflik yang sama, ketika mungkin konflik yang sama muncul di kemudian hari.

Scene Hardcore Punk Semarang tahun 2009, lebih marak, lebih MeTal.. Meriah Total Maksudnya.. Haha. Tapi memang lebih menyenangkan dengan kuantitas scenester yang aktif dan memang lebih banyak dibandingkan dengan satu dekade sebelumnya. Dan point of interest-nya pun lebih variatif, lebih hidup lah pokoknya.. Hehe.


Jadi sebenarnya di dalam scene itu membutuhkan adanya sebuah "konflik" ya? atau di biarin adem ayem aja?

Saya sudah malas untuk menjadi bagian sebuah scene apapun karena kami memang sudah berusaha lepas dari batasan batasan atau kubu yang terbangun ketika kata "scene" itu sendiri itu tercipta. Konflik tidak selalu perlu untuk diadakan dengan sifatnya dipaksakan untuk di adakan, tulislah atau suarakan apa yang terpendam dihati kamu, sebar luaskan, dan lihat apa yang terjadi kemudian. Pro dan Kontra pasti akan ada. Biarkan penyikapan-penyikapan akan konflik tersebut yang akan menjawabnya. Setiap Individu pasti akan menarik kesimpulan dari penyikapan penyikapan yang ada. Biarkan penyikapan penyikapan akan konflik tersebut menginsipirasi orang orang untuk melakukan sesuatu.

Menurut saya, Semarang rada ketinggalan nih dalam masalah menelurkan rilisan, jika dibandingkan dengan beberapa kota kenamaan lainnya. Sayang banget, Padahal band-band di sini banyak banget + ajib-ajibbb!! Kira-kira apa yang menyebabkan hal ini terjadi? [halah...], apa karena biaya recording disini masih mahal? sedikitnya record label di semarang? atau?

Masalah ketinggalan atau nggak ketinggalan saya kurang begitu perduli, tapi mendokumentasikan sesuatu yang sudah kamu bikin itu adalah hal yang memang sangat keren. EXTREME DECAY, sebuah band grindcore veteran dari Malang merekam rilisan lawas mereka bertajuk "Social Warfare" dengan tape recorder dan kualitas sound yang sangat garage, tapi pengakuan datang dari berbagai pihak bahwa mereka memang mempunyai talenta dan atitude yang akhirnya menjadi ciri khas dari grindcore yang mereka usung. So..., pertanyaan kamu tentang mahalnya sewa studio atau jarangnya record label sangatlah kontras jika memang sebuah band sangat percaya dengan sebuah Etika yang sangat melegenda : Do It Your Self!

Saya dan soulmate saya atenk kemaren sempet ngeluh... "huh...makin ke sini kok gigs di Semarang kayanya makin sedikit yang nonton/ peminat/penyuportnya ya, kayanya temen-temen udah mulai jenuh nih dengan konsep gigs yang gitu-gitu aja" [ini perasaan kami aja sih ehehe].....punya ide yang "fressh" agar supaya gig-ers semarang kembali bergairah?

Saya kemarin menantang beberapa orang yang biasa memainkan musik keras dengan band band mereka untuk memainkan sebuah single akustik jam  lagu lagu yang sama sekali melenceng dari musik musik keras yang biasa mereka mainkan dengan band band mereka. Atensi yang didapatkan lumayan bagus. Selalu pikirkan hal yang baru dan segar, jangan berkutat pada hal yang itu-itu saja. Karena Hal "Yang itu-itu saja" kadang-kadang memang mendorong kita pada ke-statisan, dan tentu aja mendorong kita pada rasa bosan. Tapi ya saya bisa berkata apa, jika memang orang orang banyak yang merasa nyaman dengan rasa bosan? Haha.

  1. Sekarang di Semarang sendiri telah banyak bermunculan zine-zine dengan berbagai macam isu di dalamnya. Kemaren kita sempat bertemu di sebuah pameran zine dan forum diskusi zine di acaranya Adin, dan ketika itu saya mendapat info jika zine pertama yang ada di Semarang adalah ternyata zine milik mas Kesit bernama “SUARA HATI”, mungkin beberapa teman di sana banyak yang belum tahu…bisa certain dikit tentang “SUARA HATI” ini? apa saja yang dibahas di dalamnya dan bagaimana apresiasi temen-temen scenester waktu itu terhadap “zine”?

"Suara Hati" pada awalnya, formatnya bukan seperti zine-zine kebanyakan. Cuman 4 lembar kertas ukuran A3 yang saya tempel-tempelin di beberapa space yang saya anggap strategis dan bisa di akses banyak orang. Saya selalu berusaha mendobrak ke-statisan scene hardcore punk Semarang yang selalu berkutat di hal itu-itu saja, dan kadang-kadang memang menuai apresiasi yang sifatnya kontra dan di aplikasikan dalam berbagai ekspresi. Tapi saya nggak pernah kapok tuh, ketika orang-orang mulai merespon apa yang anda tulis berarti apa yang anda tulis telah mencapai tujuan awalnya. Eh, tapi sekali lagi saya sendiri juga tidak perduli dengan target tujuan dan tetek bengek-nya, saya bukan orang pergerakan, saya hanya ingin ber-senang senang dengan apa yang saya lakukan waktu itu.

Di SUARA HATI sendiri kamu khan pernah mendapatkan "konflik" juga dengan pembaca, nah bagaimana kamu menyikapi feedback atau sanggahan dari pembaca tersebut?

Mengajak mereka untuk mengobrol secara langsung dalam format diskusi yang sehat, bukan debat kusir yang hanya akan mendorong perlombaaan tentang siapa yang paling hebat dalam berargumentasi dan akhirnya hanya terjebak pada sesuatu yang dinamakan Menang dan Kalah.

  1. Puluhan atau bahkan beratus-ratus zine yang beredar di scene hc/punk telah banyak yang membahas dan mengajarkan tentang etos DIY, tapi semakin hari DIY terkesan semakin bulukan, mulai tidak dipercaya lagi dan berangsur mulai ditinggalkan teman-teman scenester. Misalnya : Siapa sih yang ga kepengen mendapat tawaran untuk mendapatkan jalur distribusi yang sangat luas dan rekamannya tersebar tanpa harus bersusah-susah berkomunikasi. Saya sendiri mulai merasa kesepian ketika banyak band teman-teman mulai meninggalkan tradisi “bikin sendiri” ini. Bagaimana pendapat kalian?

Do It Your Self merupakan etika yang sangat keren bahkan walaupun ketika kita kita menelaah arti kata lahiriahnya saja. Kemandirian adalah sesuatu yang keren bagi saya sejak dulu. Baik kemandirian secara individu ataupun kolektif. Tapi kita memang harus mengakui bahwa kemandirian mempunyai konsekuensi bila ditilik dari sisi political atititudenya, ketika ada kata legal maka akan ada kata ilegal, iya kan? Dan kata ilegal memang tidak akrab dengan budaya Pop, dan mereka para ilegalist yang tidak sabaran, kadang-kadang memang kemudian menyebrangi batasan ini untuk memperluas space mereka dalam bersenang-senang. Kita bisa apa? Tetap setia dengan kekonvesionalan Etika DIY? atau mengikuti mereka? atau mungkin meredefinisikan DIY sendiri? Pada akhirnya saya cuman bisa berkata kalau ternyata semua orang bebas untuk memilih. Bukan berarti saya memperlemah kadar pemakluman saya.

  1. Sekarang banyak band yang telah menggunakan jasa internet untuk menyebarkan lagu-lagu mereka secara gratis, bahkan RADIOHEAD dan beberapa band kenamaan pun pernah melakukannya. Net-label sebagai penyedia rilisan-rilisan secara gratis juga semakin marak. Di lain sisi, tentu masih banyak juga band yang merilis albumnya dengan CD/Kaset dan mengharapkan untuk dibeli [misalnya : bukan karena untuk mencari profit, tapi inilah jalur yang mereka tempuh untuk menyuplai keberlangsungan band mereka]. Nah, bagaimana kalian menanggapi isu copyright seperti ini? Atau punya pandangan sendiri dalam memperlakukan hasil karya orang lain?

Kami dari dulu selalu tidak acuh dengan isu copy right ataupun pro piracy dan sebagainya. Kenapa? karena kebanyakan musisi memang suka yang gratisan, tetapi sekaligus menangis ketika mereka nge-band dan rilisan mereka dibajak. Hal yang sangat konyol bagi saya.

Tapi memang satu bawaan karakter manusia dari lahir yang saya ingat betul = maunya selalu yang enak-enak, Hahahaha. Saya sendiri selalu menanyakan langsung kepada musisi yang bersangkutan tentang bagaimana cara untuk mendapatkan rilisan mereka, gitu aja sih... Kalau boleh di download ya free download, kalau harus beli ya beli.. sesederhana itu aja.

  1. Seberapa pentingkah peranan “direct action” atau “street action” dalam perjuangan sebuah isu/paham?

Saya di waktu sekarang ini menentang segala sesuatu yang di ideologikan. Jadi pertanyaan ini saya lewatin saja.

  1. Punya rekomendasi rekaman untuk kita dengarkan? Zine atau buku untuk kita baca?

a)    Palu Arit di Ladang Tebu [Hermawan Sulityo]
Sebuah buku yang akan menggambarkan secara jelas tentang kejadian lanjutan setelah kejadian yang konon khabarnya di namakan G 30/s PKI, dimana terjadi pembantaian simpatisan PKI di Jawa Timur secara besar2an oleh para pendukung NU. Bahkan disalah satu opsi perkiraan jumlah korban-nya mencapai 3 juta orang! Hampir mendekati angka holocaust NAZI kan? Buku ini keren karena riset yang panjang dan model detail pendeskripsian yang di pakai dalam gaya penulisan Hermawan yang asli, keren tenan!

b)   Dari Penjara Ke Penjara [Tan Malaka]
Sebuah memoar atau Oto-biography dimasa2 sang Tan Malaka berada di penjara-penjara selama masa pelariannya yang hampir menyita seluruh waktu hidupnya dan hampir mengarungi 3/4 dari luas dunia.. Tan Malaka dimata saya selalu menjadi Inspirasi.

Rekomendasi bukunya udah, ada rekomendasi "rilisan/band" yang menurut kamu 'kick ass' banget sekarang ini dan kayanya perlu kita dapatkan mp3nya/dengerin lagunya? alesannya!

1)    DOM 65 - Secret Warehouse E.P = Sebuah mini album yang akan memberikan jawaban atas pertanyaan : "Apakah ada band indonesia yang bisa membikin musik sekeren band-band klasik seperti SEX PISTOL, COCK SPARERR ATAUPUN SHAM 69?" Bayangkan, Riffing gitar ala PINK FLOYD dan band2 rock progressif 80-an di gabung dengan beat drum mid tempo ala Cock Sparrer tapi dengan pola gebukan yang lebih variatif? Mini album ini, asli akan memprovokasi anda untuk segera membakar lantai dansa dengan  tarian liar kalian.

2)    GUNDALA PUTRA PETIR = Ini sebuah band baru dari Semarang dan belum mengeluarkan satupun rilisan. Tapi Grindcore yang mereka mainkan benar benar menyita perhatian saya dengan urakkannya gaya mereka memainkan musik mereka. Dan juga mereka memasukkan beberapa part part yang hampir mirip dengan apa yang SPARK DIAMOND lakukan dengan musik mereka. Coba simak performance live mereka.

3)    EXTREME DECAY - Sampah Dunia Ketiga = Ini rilisan yang saya pikir puncak dari musikalitas sang legenda grindcore lokal ini walaupun sayangnya lirik-lirik yang mereka tulis memang terlalu tipikal. Tapi bagaimanapun EXTREME DECAY bagi saya adalah influence yang telah memberi guide bagi saya tentang bagaimana memainkan Grindcore dengan "Baik" dan "Benar". Haha.

4)    DOMESTIK DOKTRIN - Manufakturing Karma = Sebuah band ugal - ugalan dari Bandung yang telah menjadi legenda. Lirik padat dan sarkas sekaligus cerdas yang di balut dengan kerasnya Power Violece yang mereka usung. Album ini, asli, everlasting!!

5)    RADICAL CORPSE - Born In the Land Of Hate = Sebuah icon metal dari Semarang yang selain eksistensi mereka yang mencapai hampir 2 dekade. Kualitas musik dan lirik mereka sangat keren dimata saya. Selain saya memang juga diehard fans dari Sepultura yang menjadi influence utama mereka. Coba check track terakhir dari album ini yang bertitelkan "Hopes Of Papua", saya jamin anda akan terprovokasi dengan all out-nya soul yang keluar dari lagu ini.

  1. Oke sebenarnya masih banyak yang ingin saya tanyakan dan juga diskusikan, tapi selain pertimbangan halaman, yah…mungkin nanti bisa disambung lagi lain waktu :). Terima kasih banyak untuk waktunya dan maap kalo ada salah2 kata :), sampai bertemu di pesta musik liar dan di lain kesempatan. Kita tunggu lagu-lagu baru AK//47 dan buat temen-temen yang mau mengontak kalian, bisa menghubungi dimana nih? Terakhir, saya persilahkan untuk memberikan kata-kata mutiara, pesan untuk pembaca FOR TOMORROW zine ini….atau mau kirim-kirim salam juga boleh! [buat mbak tuti yang jaga billiard sampangan mungkin :) hehe]

Ah.. mbak Tuti mah udah sms-an dari kemarin ama saya Gung, sms-an ama kamu aja yuk entar malem. Haha. Thanks atas Interview-nya Gung, mari melawan Raksasa!



For more info contact Us at :
Reservoir Records & Distribution
co/garna
kinibalu barat 19
semarang 50256
central java, ID

apiaira@yahoo.com
mirasholic @yahoo.com
www.myspace.com/akx47x








KONTRA SOSIAL


Interview                   : A-tank
Dijawab Oleh           : Ebby, Indra & Billyanjing


Why KONTRASOSIAL? Yap, ini adalah band lokal asal Bandung yang langsung menyeret saya bukan saja untuk sekedar melirik, tapi juga membuat saya jatuh cinta pada “D-beat/Punk”. Walaupun pada kenyataannya banyak sekali band lokal kita yang ngebawain D-Beat/Punk, tapi saya tetap menjagokan KONTRA SOSIAL untuk jadi band D-Beat lokal favorit saya :). Simak saja lagu-lagu mereka “Imperial Abad 20, WTO, Kontrasosial, Food Not Bombs, dll… Urgghh!!! Sound-nya keren sekali…sekeren artwork-artwork mereka tentunya !! :p



1)    Pertanyaan klasik nih. Kapan, mengapa, siapa KONTRASOSIAL ?

KONTRASOSIAL adalah campuran dari persentase alkohol lokal murahan dan ketukan d-beat yang bersinkronasi dengan gerakan iregular tubuh saat pita suara terdistorsi oleh pelebaran aliran darah di urat-urat saraf.
2)    Hobi dan kesibukan sehari-hari di samping band-band-an? Hehe

Hobi  lari. Lari dari kenyataan :); Bermain. Bermain bersama temen-temen.

3)    Katanya dulu vokill dari KONTRASOSIAL dari Korea yaa? Ceritanya gimana n ada pergantian personil lainnya gak ?

Personil KONTRASOSIAL gak hanya dari Korea, tapi ada juga yang dari Cimahi, Simpang Dago, Balikpapan - Sadang - Serang pp, Tanggerang, Kalimantan ada juga yang dari kampung pelosok sebelah desa miskin kalian. Kami dari mana-mana, tempat gak pernah menjadi masalah bagi kami.

4)    Sound-sound yang kalian keluarkan..ugghkk..nyodok kuping, bisa certain, record ndiri ato dikerjakan ama orang laen?

Ngumpulin duit, ngutang, nyewa studio buwat ngerekam, ngumpulin duit, bayar utang, bagiin cuma-cuma. Ada yang mau bantu distribusiin secara cuma-cuma?

5)    Pengaruh terbesar dalam musik KONTRASOSIAL?

Punk dan musik setan!

6)    Seberapa bencikah kalian terhadap globalisasi sehingga kalian sangat ingin men"destroy"nya?

Sebenci orangtua yang mengutuk anaknya ketika anaknya mencoba untuk berpikir dengan otaknya sendiri, belum sempet anak itu mengutarakan pikirannya dia keburu dikutuk menjadi batu. Batu itu lalu menggelinding ke jiwa pemuda. Karena itulah 'rock' selalu disukai oleh anak muda. Ayo dong lemparkan lagi batunya. More 'rock' less roll

7)    Gigs yang paling gila ?

Jogja! Acara “BONGKAR TIRANI” bareng BLACK BOOTS, SISTEM RIJEK, RESCUE, DISCONTRACK [dari Bandung] juga THE CRUX [dari Australia]. Di sana kita bermain selama setengah jam! Anjing capek berat! Mana kondisi sebagian temen-temen lagi pada sakit. Maksain anjing!

8)    Artwork band-band Crust/D-beat khan biasanya mantab-mantab tuh dari tengkorak, senjata, dengan kata-kata nyang tajem seperti artwork KONTRASOSIAL, apakah Kenji sangat berpengaruh dalam pembuatan artwork/design dari KONTRASOSIAL, khan gak perlu ditanya lagi design-design dari Kenji udah paling pooll ato ada yang lainnya?

Sebenernya KONTRASOSIAL memberi kesempatan buat siapa aja yang mau bikin artwork ato fonts buat KONTRASOSIAL. Tapi selama ini belum pernah ada yang ngasih, jadi kita masih pake desain si Kenji. Mana dong kirimin artwork lo!? hehe.

9)    Apakah kalian semua berasal dari Bandung?! Bandung merupakan kota yang dingin, tapi scene di sana..uuhhggh panas/bersemangat, crita donk tentang kondisi scene di sana?

Scene di sini terbagi-bagi sih, jadi seperti membangun tembok eksklusifitas dari cara dandanan dan bermusik. Eh gak semuanya deng...Eh gak tau lah...yang pasti kita maen dengan temen-temen kita jauh di luar konteks punk itu sendiri. Soalnya bosen juga kalo tiap ketemu ngobrolnya cuma masalah band. Kayaknya hidup jauh lebih luas daripada itu.

10) 5 band yang kalian rekomendasikan "bahaya" dari Bandung !!!

1. Band temen-temen kami
2. Liat performance KRASSKEPALA gila gilaan!
3. PURE SATURDAY
4. DISCONTRACK
5. Semua dj dari Bandung... oh kau membuat badan ini ingin bergoyang! ayo dong scratch lagi! bassnya lebih keras!!!

11) Pendapat kamu tentang??
a. Pemilu ?
b. D.I.Y ?
c. UU APP ?

a. Pemilu = pesta demokrasi besar-besaran yang ngeliatin kalo demokrasi itu gak pernah berhasil buat jabatan yang gak ada lahan cari duitnya. Bussiness as usual. Politik yang sangat membosankan. Mereka kira hidup bisa ditentuin sama parpol apa?!? cuman ngotorin kuku saya aja.

b. D.I.Y = Cara alternatif untuk menyikapi hidup yang udah terkurung dengan sistem kapitalis. Lumayan sedikit keluar lah!

c. UU APP = Seperti tulisan di belakang truk yang dibuat agar pengendara dibelakangnya nggak ngantuk dan spontan tertawa mempertanyakan apa arti dari tulisan 'kutunggu jandamu' dengan gaya tulisan retro penuh warna. Absurd!

12) Kalo pendapat kamu tentang zine? Setujukah kalo zine sebagai ancaman?

Yang jadi ancaman bukan zinenya deh kayaknya. Orang yang baca zine itu yang bisa jadi ancaman. Kalo zine palingan bagusnya berakhir dan berjamur di perpustakaan nasional di deretan rak-rak pembahasan tentang budaya pemuda yang melenceng jauh dari nilai-nilai normatif budaya timur. Orang yang berani menghidupi hasratnya yang bisa jadi ancaman dan zine bisa jadi suatu media untuk mengkomunikasikan hasrat. Kamu lebih suka yang mana?

13)  Adakah keinginan untuk tur keluar negeri seperti yang KRASSKEPALA lakuin?

Pengen doungsss!!! Karena menurut survey Internasional badan penelitian musik sub genre d-beat dan metalsetan dari Mogadishu, 75% pendengar lagu sebuah band adalah dari performance langsung mereka, 10% mendengarkan lagu sebuah band dari CD ato mp3 bajakan. 10% mendengarkan dari kabar burung, dan 5% sisanya mendengarkan dari alam bawah sadar suara adzan di lingkungan kita.

14) Lagu yang cocok untuk menggambarkan kehidupan kalian sehari-hari..hehe?

Jam 10 malem ke atas lagu-lagu mellow temen curhat dan mabuk di atas kasur. Jam 9 pagi lagu-lagu setan penumbuh semangat.

15) Pesan/kata-kata terakhir buat pembaca zine ini?

Gemar menabung agar bisa membeli mimpi kalian sendiri!!!

16) Jika ada kawan-kawan yang ingin mengundang kalian untuk men-destroy kota mereka ato skedar pengen curhat-curhat aja..h..h...dapat dikontak dimana ?!!

Kirim pesan di www.myspace.com/skitpunks




For more info contact Us at :








DOM 65


Interview                   : Agung
Dijawab Oleh           : Imam Senoadji (vocal)

Ini salah satu band hebat yang menjadi idola saya, sebuah band Oi!/Punk asal Jogja yang menurut saya sangat jenius dalam menghasilkan apa yang dinamakan “karya yang mumpuni”. Keseimbangan antara arransemen dan penulisan lirik merupakan kekuatan mereka !! interview ini saya lakukan sebelum mereka mengeluarkan album “Commited”.


1)    Heyho....pakabanya disana? sebagai pembukaan, ceritain dulu donk sejarah DOM 65, siapa aja yang ada di sana n arti nama  "DOM 65" itu sendiri!

Kabar kita lumayan dab, suply alkohol stabil, cuma durasi ketemu lengkap minim banget, paling yang konstan aku, Adnan, dan Sesa, itupun karena satu kota, sedangkan Gusur berdomisili di Solo, ketemuannya pas mau latihan ato pas mau main tok. Soal sejarah singkat DOM 65, faktanya band ini berangkat dari CC Barmy  Army awal tahun 1997, kemudian dibentuk resmi oleh Aray dan Adnan pada akhir 1997, formasi orisinil DOM 65 tahun itu :

Aray : Vocal
Adnan : Gitar
Celeng : Bass
Rabies : Drum

Dimulai dengan full album pertama "Greatest Pledge Articles", formasi DOM 65 mulai awal 2005 hingga sekarang adalah:

Imam Senoaji : Vocal & Gitar
Sesa Slaughter : Gitar
Adnan D Kusuma : Bass
Erwin Gusur: Drum & Perkusi

Sejak dieja D.O.M 65 hingga dicross menjadi DOM 65, aku ga pernah ngerti arti dan makna "DOM 65", mungkin hanya Aray dan Adnan yang ngerti. Ada yang pernah mengasumsikan menjadi "Daerah Operasi Militer tahun 1965" yang era reformasi sempat heboh, pernah juga dengan Oix diartikan menjadi "Disorder Of Mutation", terus 65 nya apaan? Ga nyambung juga to? atau mungkin biar ganas aja kaya "Sham 69, Combat 84, Condemned 84, Section 5". Sebaiknya arti DOM 65 ga usah dibahas aja, kami meyakini ini absurd bois.

2)    Apa konsep musik  DOM 65? dan siapa aja yang menjadi influence bagi kalian?

Konsep musik DOM 65 adalah Oi!, O besar i kecil dengan tanda seru dan garis bawah, tidak kurang tapi berlebihan. Influence abadi DOM 65: COCKNEY REJECTS, ANGELIC UPSTARTS, SHAM 69,  COCK SPARRER, DAN BLITZ

3)    Bagaimana proses penciptaan lagu-lagu (siapa yang bikin lirik) dan aransement musiknya? karena aku dengarkan arrancement lagu-lagu kalian begitu rumit, njlimet tapi terdengar kuuL dan tetep full of spirit; begitu juga dengan liriknya yang puitis banget.

Secara teknis, lagu dasar yang bikin aku atau Adnan, lirik lagu keseluruhan Adnan yang menulis, perihal tetek bengek aransemen aku dan gusur yang merancang, begitu bentuk dan susunan beat matang, giliran Sesa dan aku merancang komposisi gitar, hingga pada akhirnya Adnan yang memutuskan lagu itu layak atau tidak. Tapi teknis tersebut ga baku kok, tahun ini kalian bakalan dengar lagu bikinan sesa dan gusur.

Sebegitu rumit kah? njlimet? wow!!! apakah ga lebih baik kita anggap variatif aja, kami mengakui kuul bois, minus 65* celcius. Full of spirit bagi DOM 65 hukumnya wajib, karena kita membawa semangat anak kampung yang ga kampungan, dan bagaimana semangat itu ada, semuanya adalah naluri yang harus dibangun.

Modal kami menulis lirik adalah tata bahasa yang wajar, kalau dianggap puitis banget rasane kok malah sentimentil ya? memang beberapa lagu berlirik sentimentil walau penyampaiannya kasar, adapula yang sebaliknya, penyampainnya sentimentil tetapi dibaliknya terdapat sikap yang kasar. Lirik bagi DOM 65 adalah pribadi band, kalian akan memahami bagaimana karakter kami ketika mengerti apa maksud dan pesan dari lirik tersebut. Dan bagaimana merancang lirik tersebut, tak ada muslihat lain selain merasakannya secara nyata, jujur bersikap, dan tentu saja kemauan untuk belajar mengakali dunia nyata ini.

4)    Lirik-lirik lagu kalian lebih ke arah mana? sosial, politik, kritik, lingkungan, kehidupan sehari-hari atau love mungkin?

Tema lirik-lirik DOM 65 ga jauh beda dari para pendahulu kami, semuanya ya tentang dinamika kehidupan anak kampung Indonesia pada umumnya, dan anak kampung Jogja pada khusunya. Teori dasar ga muluk-muluk dalam memilih tema lirik, kami ga mau menjadi punkrock pemimpi, bicara tentang slogan yang ga kami ngerti, kamipun tidak mau mengumbar solusi menyesatkan ataupun janji-janji luhur, intinya adalah pemikiran yang sederhana, budaya cerdas, dan gaya hidup cerdik.

Soal arah sebaiknya kalian yang memutuskan, segala masalah akan sosial, politik, kritik, lingkungan, kehidupan sehari-hari, atau bahkan love yang riskan & sentimentil, kami rasa ada dalam setiap lagu-lagu kami. Tapi kalau bicara gaya penulisan, kami menganggap gaya penulisan kami adalah “Streetpunk”.

5)    Kapan nich mo kembali ngrekam materi-materi baru kalian? Ada rencana ngeluarin album lagi?

2 tahun ini kita dikit demi sedikit memperbaiki kekurangan “Greatest Pledge Articles”, dan setelah berkali-kali mengumbar janji kepada para bestfriend, Desember ini kita serius mulai masuk studio rekaman, mungkin beberapa bestfriend sudah bosan mendengar, tapi kami pastikan awal tahun besok kita rilis album baru. Materi ga jauh beda, Cuma komposisi yang kami rancang agak beda, lebih ambyar atau ambyar banget, kalian yang memutuskan besok. OK

6)    Pendapat kalian tentang :
    -Indonesia?
    -Zine DIY?
    -Distro?
    -Vegan?
    -Red Skin?
    -Bonehead?

Indonesia
Akan tetap seru apabila tidak ada hukuman cambuk bagi yang mendengarkan atau memainkan musik rock, punkrock tentunya, makanya jangan salah pilih, biarpun kondisi negara amburadul, kebudayaan orisinil kita belum terlampau hilang, dan jangan salah mengimport tentunya.

Zine DIY
Zine merupakan media cetak alternatif yang paling “aman”, entah dengan embel-embel DIY atau tidak, bagi kami itu sama saja, karena fungsi zine itu sendirilah yang paling penting. Bagaimanapun juga segala informasi akan perkembangan scene ini yang paling akurat cuma bisa kita dapatkan lewat zine lokal, sayang zine lokal kita umurnya selalu pendek, dikenal belum tapi para team produksi dah keburu bangkrut. Mungkin sebaiknya para penerbit zine tidak menutup diri untuk melakukan kerja sama dengan instansi-instansi tertentu, terutama menyangkut produksi yang memakan banyak biaya, selama hubungan kerjasama itu tidak membatasi materi zine, kenapa tidak, plus skala promosi yang harus lebih luas, mumpung banyak fasilitas-fasilitas praktis untuk melakukan hard promo, internet contohnya.

Distro
Keberadaan distro sangat membantu distribusi produk-produk lokal, mulai dari kaset, CD, sampai pernak-pernik merchandise, semakin banyak distro semakin mengurangi ketergantungan terhadap toko-toko yang mewajibkan label pajak pada produk, walau mungkin membeli label pajak tidaklah mahal, tapi siapa yang perduli bukan?

Vegan
Soal penolakan terhadap segala bentuk eksploitasi binatang mungkin kami bisa sepaham, tetapi penolakan untuk mengkonsumsi hewan sebagai makanan nampaknya tidak bisa kami terapkan, soalnya kita cenderung karnifora, apalagi penolakan mengkonsumsi hewan sebagai aksesoris, waduh, aku penggemar jaket kulit je, maklum, tuntutan rocker bois.

Red Skin
Populasi dan pergerakan golongan mereka di Indonesia jarang kita temui, belum aja mungkin.

Bonehead
Kita bakalan berurusan dengan golongan mereka ketika berada diluar negeri saja, saolnya tampang-tampang semacam kita ini adalah target iseng mereka.

7)    Lama banget ga liat kalian manggung, sampe dulu aku pernah ke Jogja hanya untuk melihat perform kalian, tapi kecewa karena ternyata kalian tidak bisa maen. Mmm...mungkin ada kesibukan lain masing-masing personil selain nge-band?

Jangan kecewa bois, kalau nonton malah ada kemungkinan lebih kecewa, hehe DOM 65 is real faker. Kalau ditanya soal kesibukan, berarti kita membahas permasalahan yang juga dialami oleh band-band streetpunk diseluruh dunia, kenapa rata-rata kami tidak produktif? ya tidak lain karena kondisi yang mengharuskan kita untuk bekerja dan menyita waktu. Band ini masih harus disubsidi oleh personilnya, mungkin apabila band ini sanggup mensubsidi personilnya, banyak kemungkinan menjadi lebih produktif, dan waktu untuk berada diatas panggung pun lebih banyak.

Soal pekerjaan, Gusur sekarang gabung di Sono Seni Assembles, Adnan jadi produser di Morisland Records, Sesa tetap jadi freelance Alcohol Tester, dan aku sendiri bekerja di ARN kantor konsultan.

8)    Pernah ada pengalaman unik waktu manggung ato gigs yang paling berkesan?

Manggung paling edan adalah Ruck N Raw di Oasis Cafe Jakarta tahun lalu, kami berangkat dengan mobil full lapen 50 liter, gara-gara mobil berkali-kali macet dan acara kehabisan bahan bakar di Cirebon, kita nyampe Jakarta 26 jam dari Jogja, bangsat, begitu turun mobil selang 1 jam sudah harus main, uggghhhh, badan dah ringsek ditambah atmosfir anak-anak Jakarta yang gawat!!!, headbange, singalong, stage diving, miras, ulur tarik, dan tentu saja sound yang bagus. Bagi DOM 65, event tersebut adalah penutupan tour Greatest Pledge Articles paling perfect, rasa capeknya harus dibarengi juga dengan cuti hampir 6 bulan. Fiuh.

9)    Menurut kalian bagaimana melihat fenomena yang terjadi belakangan ini tentang Pembajakan kaset/CD lokal untuk kepentingan profit?

Kebetulan yang sering dibajak adalah band-band kelas mainstream, kita belum begitu perduli sih, itung-itung mensejahterkan para pengecer tingkat bawah, lagipula profit dari penjualan kaset/CD kan ga seberapa bagi para band kelas mayor label, dibandingkan bayaran mereka manggung, apalagi tour besar, tetapi sebagai sesama orang yang ngeband, kita ngerti banget seberapa pusing kepala mereka, cuma kita yang diluar ruang mereka mending memperhatikan aja, toh kita belum ada urusan.

Pembajakan itu menyebalkan, merugikan,  tetapi prakteknya tidak meresahkan masyarakat. Masyarakat umum sudah menjadikan konsumsi produk bajakan sebagai budaya, masyarakat umum merasa menjadi pihak yang diuntungkan, walau para produsen produk bajakanlah yang sedang mandi uang. Pihak artist, manajemen artist hingga pemerintah pun dibikin tak berkutik, kebudayan ini sudah melekat erat karena faktor ekonomi tentunya.

Menyadari problema tersebut bagi kami sebagai punkrockers tidaklah terlalu membuat pusing, mau dilawan atau diakali juga ujung-ujungnya sama, bukannya pesimis lho, ketimbang harus paranoid, entar malah mandul karya lagi, mending kalau mau rilis ya rilis aja, kalau emang musik kita ga populist, toh ga bakal ada tukang bajak yang minat, kita jadiin tolak ukur aja, seberapa diterimannya musik kita dimasyarakat,

Cuma kita yang berangkat dari komunitas yang cerdas, janganlah ikut-ikutan membajak, apalagi produk dari dalam komunitas sendiri, sense of business murahan seperti itu pastilah akan membuat resah lingkungan yang kecil ini.

10) Oke, segini aja ngobrol-ngobrolnya, makasih banyak-nyak buat waktu dan jawabannya, ada pesen ato lastword for "FOR TOMORROW" reader's?

Olrit, trims juga bois. Buat “FOR TOMORROW” readers, DRINK LIKE HELL!!! From Jogjakarta greatest asshole streetpunk band.


For more info contact Us at :