Reportase


FOOD NOT BOMBS 



Apa itu Food Not Bombs [FNB] ?

FNB pertama kali dicetuskan sekitar tahun 80an, diawali dari pergerakan anti-nuklir. Semua ini berdasarkan pada pemikiran bahwa jika berbagai sumber daya tidak dialokasikan pada senjata untuk berperang, dan kepada ketamakan-ketamakan, maka kebutuhan mendasar dari manusia; pangan, papan, dan kesehatan, akan terpenuhi.

Ide awalnya adalah; planet bumi cukup kaya untuk menghidupi seluruh mahluk hidup yang ada. Lalu kenapa juga masih banyak orang yang kelaparan ? kenapa juga masih banyak orang yang masih merasa beruntung dengan hanya makan 2 kali sehari ? Mungkin karena semua bahan baku dan makanan telah dimonopoli. Semua tanah tak bertuan telah diklaim. Semua tumbuhan yang tumbuh di atasnya sudah menjadi hak milik. Dan untuk mendapatkan dan mengkonsumsi semua hasil alam tersebut, manusia harus membayar. Membayar sesuatu yang seharusnya menjadi hak semua manusia. Lucu ya ?

Pesan yang dibawa oleh FNB sebenernya sangat simpel pada awalnya ; Tak seorangpun yang pantas kelaparan di tengah-tengah dunia yang super kaya ini, dimana tanah, matahari, dan hasil bumi seharusnya tidak diperjualbelikan. Ide selanjutnya adalah, negara mengumpulkan dana kebanyakan untuk membeli senjata. Senjata untuk apa ? Ya tentu saja untuk berperang. Perang yang biasanya didasari perebutan hasil alam. Kalau di Indonesia contoh kasusnya mungkin hampir sama. Negara membelanjakan uangnya untuk membeli senjata (yang dipakai untuk latihan perang-perangan di aceh, dll), untuk membuat patung-patung gak berguna yang harganya milyaran, dll.


Food Not Bombs dan Vegetarianisme

FNB selalu menyajikan makanan gratis tanpa produk-produk hewani, dalam artian menu vegetarian. Kenapa ? Selain bahan mentah organik lebih bisa bertahan lama untuk disimpan, FNB juga percaya bahwa mengkonsumsi produk hewani adalah sebuah pemborosan sumber daya alam. Satu hektar tanah yang ditanami dengan sayur-sayuran akan lebih bisa ngenyangin banyak perut dibandingin satu hektar tanah yang dibuat sebagai peternakan. Peternakan juga membutuhkan tanah tambahan untuk membuat ladang tanaman untuk memberi makan hewan-hewannya. Boros kan ? Belum lagi limbah yang dihasilkan oleh industri daging.

Food Not Bombs memulihkan makanan vegetarian yang sehat dan bernutrisi, yang sebaliknya mungkin dibuang, dan memasak dan menyajikannya ke orang yang membutuhkannya. lebih dari 25% makanan di Amerika Serikat dibuang setiap tahunnya, dengan perkiraan 65 kg daging per orang berakhir di pembuangan sampah di penjuru negeri. Itu cukup untuk memberi makan 49 juta orang, dua kali lebih banyak dari yang kelaparan di dunia setiap tahunnya.

Lebih dari 70% padi yang ditanam di negeri ini digunakan untuk peternakan, yang kemudian memberi makan sedikit orang dibandingkan padi secara langsung. Pabrik-pabrik peternakan memperlakukan binatang seperti komoditas, sebagai objek yang digunakan semata-mata sebagai sesuatu yan menciptakan profit, sementara itu tidak memperdulikan bahwa mereka merupakan makhluk hidup, makhluk berperasaan yang merasakan rasa sakit yang luar biasa akibat dari siksaan yang dilakukan terhadap mereka. Menyajikan makanan vegetarian menunjukkan komitmen Food Not Bombs akan non-kekerasan, begitu juga penggunaan sumber daya yang bijak dan rasional.

Sedikit tentang Food Not Bombs Semarang
Food Not Bombs (FNB) chapter Semarang juga merupakan gerakan kolektif FNB di seluruh dunia yang masih dengan konsep yang sama, yaitu menyediakan dan mendistribusikan makanan gratis untuk orang-orang yang membutuhkan. Perlu digarisbawahi, bahwa FNB tidak semata hanya mendistribusikan makanan khusus untuk orang miskin atau tidak mampu membeli makanan saja, tapi untuk semua orang, termasuk siapa saja orang-orang yang ada di sekitar area tabling/serving kita. FNB tidak hanya sekedar membagi-bagikan makanan secara gratis, tetapi ada beberapa ide FNB yang bisa dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari di mana masih banyak sekali kita dapati kemiskinan dan kelaparan, tanpa harus terjebak dengan sebuah konsep amal. Pola pikir amal kami rasa telah gagal dalam menemukan inti masalah penyebab kelaparan dan kemiskinan, FNB juga memprotes sistem yang gagal memberikan kebutuhan dasar bagi masyarakat. FNB Semarang sendiri memiliki beberapa prinsip dasar, yaitu pengambilan keputusan lewat konsensus, equality, kolektivitas, anti-kekerasan, dan vegetarianisme.
Kegiatan tabling/serving FNB di Semarang selama ini mendapatkan respon yang sangat positif di kalangan teman-teman dari komunitas sendiri dan juga masyarakat umum. Sayang tidak adanya jadwal rutin yang membuat kesolidan para voluntir menjadi semakin melemah, sampai akhirnya sisa voluntir yang masih bertahan pun menyerah, dan kegiatan FNB dibekukan begitu saja. Literasi yang berkaitan dengan FNB sangat jarang kita temui sekarang dalam bentuk newsletter maupun zine, padahal literasi semacam ini sangat penting dalam mempromosikan ide-ide FNB, mencari sumbangan dana dan terutama tentunya mencari voluntir baru.
FNB Semarang chapter awal dibentuk pada tahun 2003 dan saat itu masih dalam konteks pembangunan wacana saja. 2 Tahun berselang, diadakanlah tabling oleh 8 voluntir yang aktif saat itu, pertama di Taman Diponegoro dan selanjutnya di Taman KB. Setelah itu FNB Chapter ini pun vakum, era itu muncullah chapter UNNES yang diadakan oleh teman-teman IndoRiot scene. FNB chapter UNNES diberi nama Unauthorized food dan sampai sekarang telah mengadakan tabling sebanyak 5 kali, namun di tahun 2008 chapter ini berangsur minim kegiatan. Serasa tidak ingin membiarkan FNB Semarang mati begitu saja, beberapa teman mulai membangun wacana kembali dengan semangat baru tentunya. Pada Mei 2008 lalu tabling FNB pun kembali digelar bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional di depan Air Mancur – Jl. Pahlawan, tabling FNB di gig SETARA #2, 21 Mei 2009 dan yang terbaru adalah kemaren bertepatan dengan Hari Buruh Sedunia.



Reportase : “Tabling Food Not Bombs” – KOLEKTIF PIKNIK, Semarang, 1 Mei 2010
Beberapa waktu yang lalu, akhirnya kami yang tergabung dalam Kolektif Piknik kembali mengadakan tabling Food Not Bombs [FNB] pada peringatan Hari Buruh Sedunia (May Day), 1 Mei 2010. Kami sama sekali tidak mengangkat tema “Buruh” untuk tabling kali ini, kami hanya berkonsentrasi untuk terus mengenalkan FNB ke masyarakat saja. Tabling kali ini sedikitnya juga membuktikan kepada khalayak bahwa FNB Semarang masih bergeliat.
Persiapan tabling kali bisa dibilang kurang, karena pada rapat persiapan tablingpun hanya dihadiri oleh 2 orang saja :). Namun begitu, ini tidak membuat kami mengurungkan niat. Dengan menyebarkan info melalui sms dan juga facebook, kami mencoba mengumpulkan voluntir-voluntir yang memang sudah aktif dalam FNB Semarang sejak tahun 2003 atau juga teman-teman yang sudah tergabung dalam Kolektif Piknik.
Tanggal 30 April, dini hari (sekitar pukul 23.00, kami berkumpul di kontrakan salah satu teman kami, Datuk, untuk memulai segala hal (persiapan tabling besok) dan memasak tentunya. Tanpa ada komando, kami pun mulai mengerjakan tugas masing-masing. Beberapa ada yang menanak nasi, menyiapkan bumbu, menyiapkan newsletter, menggambar bendera, menyiapkan bungkus untuk makan, dan lainnya mencari bahan sayur-sayuran di Pasar Tradisional.
Mungkin ada beberapa di antara kalian yang menyangka kalau FNB adalah “harus membeli” bahan makanan yang ada. Tidak !! Jika kalian amati di pasar-pasar tradisional, pasti banyak sekali sayuran yang belum begitu “reject”/hanya rusak sedikit dan dibuang begitu saja (karena tidak memenuhi standart pasar), padahal itu sebetulnya masih bagus dan bisa kita konsumsi. Atau jika kalian amati di Supermarket-supermarket, hal ini juga terjadi, ketika sayuran dilihat kurang layak dijual/rusak dari sisi fisik (melalui proses penyortiran) maka akan dibuang begitu saja. Nah, itulah…sayang sekali jika bahan-bahan makanan semacam itu dibuang begitu saja, jika kita bisa mengolahnya menjadi makanan yang bergizi dan berkualitas, dan dibagikan kepada masyarakat umum, mengapa tidak? Inilah sebenarnya prinsip dasar FNB. Dunia yang sangat kaya ini mengapa masih banyak orang yang kelaparan? kenapa juga masih banyak orang yang masih merasa beruntung dengan hanya makan 2 kali sehari ?  dan lain-lain. Maka kami pun mengumpulkan sayuran-sayuran yang sekiranya masih bisa terpakai tersebut. Sekitar pukul 02.00 kamipun mulai menyusuri dari ujung ke ujung angkuhnya pasar tradisional pagi itu :). Lumayan, kita mendapat 1 plastik besar kol, sawi dan wortel. Pengecualian untuk bahan-bahan seperti bumbu, minyak, dan yang susah kita dapatkan, kita mau tidak mau harus membeli, dan diusahakan dengan mendapat harga yang semurah mungkin. Setelah bahan-bahan terkumpul, maka sekitar pukul 03.30, kamipun mulai memasak sayuran dan lauk-pauk (seperti tempe, tahu, dan krupuk).
Keesokan harinya, sekitar pukul 08.30 kami berkumpul sejenak di samping Paragon Mall untuk menentukan tempat tabling kali ini, karena ada isu kalau kawasan Tugu Muda (tempat rencana tabling kita sejak awal) ditutup karena ada peringatan HUT Kota Semarang. Setelah sedikit berdiskusi, akhirnya kami tetap memutuskan untuk ke Tugu Muda. Pukul 09.30, kami telah berada tepat di tengah bundaran Tugu Muda dan menggelar tabling kita kali ini. Cuaca pagi itu sangat terik, dan terlihat hanya beberapa orang saja yang mendekati area tabling kita. Mau tidak mau, kamipun harus jemput bola, dengan mendatangi mereka satu per satu di tiap sudut Kawasan Tugu Muda.
Sekitar pukul 11.00, lauk pauk telah terlihat hampir habis, tapi nasi masih sangat banyak sekali. Kamipun memutuskan untuk pindah tempat ke Depan BI (Bank Indonesia), Jl Pahlawan. Dengan uang kas yang masih tersedia, kami terpaksa membeli lauk-pauk (yang sudah matang) untuk tabling tempat kedua ini. Karena di depan BI tempatnya cukup ramai, maka dengan cepat pula banyak orang berbondongan menyerbu area tabling kita. Bahkan kami harus membeli 3 kali lauk pauk, karena nasi kita masih. dan setelah habis, kami menutup tabling kita kali ini :). [Ag]

















sampai bertemu di tabling selanjutnya :)





IMAJINASI ADALAH ENERGI

Event yang baik menurut saya adalah event yang tidak membutuhkan banyak orang untuk menjalankannya tetapi kualitas dan kuantitasnya tetep bisa dipertanggungjawabkan (tingkat ke-keren-annya). Seperti Pameran seni bertajuk “Imajinasi adalah Energi” ini, setau saya Cuma ada 2 atau 3 orang yang memback-up acara ini. Dari persiapan, pengumpulan karya, pengolahan karya, lay-out/setting tempat dan lain-lain dikerjakan dengan mengandalkan kata : “Semangat”. Pesan Moral : kalau dengan satu atau dua orang saja kalian sudah bisa dan mampu bikin event atau acara, ngapain musti nunggu-nunggu biar nambah temen? So bribet guys, langsung sikat aja! :)

Seperti biasa, acara-acara yang berbau seni di Semarang selalu menggaet temen-temen dari komunitas sastra/seni HYSTERIA untuk bekerjasama dalam hal penyediaan tempat. Grobak A(r)t Kos, Jl. Stonen no.29 Semarang lagi-lagi menjadi solusi yang jitu buat temen-temen yang selama ini terkendala dalam hal sewa/penyediaan tempat. Terima kasih HYSTERIA!

Oke saya paste profil singkat kolektif ini : Universum Collective adalah wadah kreatifitas independent yang bergerak dan mencoba menampung letupan ide, gagasan, kebebasan berekspresi dan apresiasi seni dalam bentuk keberagaman karya. Para pelaku seni dari Universum Collective memiliki perspektif dan interpretasi masing-masing dalam berkarya. Kondisi inilah yang nantinya akan menciptakan ruang diskusi sebagai sarana edukasi baik bagi sesama pelaku seni maupun penikmat seni. Dan keberagaman ini tentunya akan dipelihara dan dikembangkan sebagai wujud apresiasi melalui karya-karya yang akan dipamerkan. Yang melandasi tema “IMAJINASI ADALAH ENERGI” adalah bahwa karya seni itu terbentuk dari imajinasi para pelaku seni, sehingga akan menghasilkan suatu energi yang apabila diolah terus menerus akan menghasilkan karya seni yang luar biasa. Dan akan menciptakan suatu bahasa personal dengan tujuan sebagai sarana komunikasi antara pelaku seni dengan penikmat seni itu sendiri.

Acara ini dimulai pada hari Jumat, 20 Mei 2011, yang di ikuti dengan penampilan teater dari EMKA Semarang dan Tjerobong Paberik Bandung (yang konon katanya keren, maaf saya ga bisa dateng di 2 hari awal :( ). Baru pada hari terakhir, menjelang closing, saya baru bisa mampir ke sana. Acara hari ketiga diisi oleh acara musik akustik, lucu juga ya? Acara seni rupa di-mix dengan seni teater, dan seni musik yang tentu saja sudah berbeda haluan. Banyak banget karya-karya yang dipamerkan di “Imajinasi adalah Energi” (dari seniman-seniman Semarang, Bandung, Jogjakarta, dll). Dari mulai seni kolase (dadaisme), seni lukis (surrealisme, realisme, ekspresionisme), Komik, artwork, fotografi, dan beberapa seni kontemporer (pop art). Keren !! Pesen saya sih, mudah-mudahan acara semacam ini bisa rutin diadakan dan lebih tertema, (misal pameran “A” – tema pendidikan). Over all, angkat topi buat Riska, Anis, Vivid atas jerih payah dan kontribusinya terhadap seniman-seniman muda lokal kita, salute !! [Ag]